Oleh: Ustadz DR. Arifin Badri, MA
Khutbah Pertama
الحَمْدُ للهِ ؛ خَلَقَ الخَلْقَ فَأتْقَنَ وَأحْكَمَ، وَفَضَّلَ بَنِي آدَمَ عَلىَ كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ وَكَرَّمَ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُباَرَكاً فِيهِ، يَلِيْقُ بِجَلالِهِ الأعْظَم، وَأشْكُرُهُ وَأثْنَي عَلَيهِ عَلىَ مَا تَفَضَّلَ وَأنْعَمَ، وَأشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الأعَزُّ الأكْرَم، وَأشْهَدُ أنَّ سَيِّدَناَ وَنَبِيَّناَ مُحَمَّداً عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ المَبْعُوْثُ بِالشَّرْعِ المطَهّرِ وَالدِّين الأقْوَم، صَلىَّ الله وَباَرَكَ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أما بعد:
فَأُوْصِيكُمْ أيُّهَا النَّاسُ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله عَزَّ وَجَلَّ، فَاتَّقُوْا اللهَ رَحِمَكُم اللهُ، فَمَنْ اتَّقىَ رَبَّهُ فَازَ وَسَعَدَ. قال تعالى: ((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ) [آل عمران: 102]
Hadirin jamaah shalat Jum’at yang mulia!
Mungkinkah Anda hidup di dunia ini seorang diri? Coba Anda kembali mengingat saat-saat Anda merasa kesepian. Anda ingin berbagi rasa dan mencurahkan perasaan batin, akan tetapi tak seorangpun yang ada disekitar Anda atau tak seorang pun yang sudi mendengarkannya dari Anda? Sedih, kecewa dan galau bertambah galau, kira-kira demikianlah perasaan Anda saat itu.
Keinginan untuk bermasyarakat dan menjalin hubungan sosial sesama adalah fitrah setiap anak keturunan Adam. Sebagai agama fitrah Islam membenarkan adanya keinginan ini dan bahkan menjaganya dan menyempurnakannya.
Suatu hari, seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melintasi gua yang di sekitarnya terdapat mata air dan tumbuh sayur-mayur. Spontan terbetik di hatinya keinginan untuk menyendiri di gua tersebut, menjauhi hiruk pikuk kehidupan dunia. Sebelum ia menjalankan keinginan hatinya, ia menyampaikan rencana tersebut kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mendengar rencana sahabatnya itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ بِالْيَهُودِيَّةِ وَلَا بِالنَّصْرَانِيَّةِ وَلَكِنِّي بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ (رواه أحمد والطبراني)
“Sesungguhnya aku tidak diutus dengan membawa agama yahudi atau nasrani, akan tetapi aku diutus untuk mengajarkan agama yang lurus dan mudah.” (HR. Ahmad dan At-Thabrani). Subhanallah, rencana menyendiri di dalam gua, jauh dari kegaduhan dunia dinyatakan bertentangan dengan syariat Rasulullah.
Hadirin jamaah shalat Jum’at yang mulia!
Tidak aneh bila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan peringatan kepada umatnya agar senantiasa hidup bermasyarakat, bahu membahu dan saling melengkapi.
مَا مِنْ ثَلاَثَةٍ فِى قَرْيَةٍ وَلاَ بَدْوٍ لاَ تُقَامُ فِيهِمُ الصَّلاَةُ إِلاَّ قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ
“Tidaklah ada tiga orang di suatu desa atau perkampungan, tidak ditegakkan shalat berjamaah di tengah-tengah mereka, melainkan syetan benar-benar telah menguasai mereka. Karena itu, hendaknya engkau senantiasa bergabung dengan al jamaah (mayoritas umat Islam), karena biasanya serigala itu memangsa hewan yang menyendiri.” (Riwayat Abu Dawud dan An Nasai)
Lebih jauh dari itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan keberhasilan Anda dalam bergaul dan bermasyarakat sebagai standar mutu keimanan dan keislaman Anda,
(الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ)رواه أحمد وغيره وحسنه ابن حجر
“Orang beriman yang berhasil dalam bergaul dengan masyarakat, dan ia tabah menghadapi gangguan mereka, mendapatkan pahala lebih besar dibanding orang beriman yang tidak bergaul dengan mesyarakat dan tidak tabah menghadapi gangguan mereka.” (HR. Ahmad dan lainnya, dinyatakan hasan oleh Ibnu Hajar)
Betapa bahagianya Anda bila berhasil menemukan sahabat yang baik, berguna untuk Anda dan tabah menghadapi kekurangan Anda. Sebaliknya, betapa bahagianya sahabat Anda bila mereka menemukan Anda adalah sahabat yang selalu mendatangkan kebaikan untuk mereka dan tabah menghadapi kekhilafan mereka. Tentu Anda mendambakan untuk bisa menjalin persahabatan semacam ini.
Hadirin jamaah shalat Jum’at yang berbahagia!
Persahabatan telah terbukti memiliki peranan yang begitu besar dalam menentukan masa depan dan perjalanan hidup Anda. Betapa banyak orang yang beruntung menggapai rahmat Allah di dunia dan akhirat karena sentuhan lembut sahabat-sahabatnya yang tulus. Sebaliknya, betapa banyak orang yang sengsara dan celaka akibat dari pengaruh dan ulah sahabat buruknya. Selanjutnya, sebagai seorang yang berakal sehat dan berjiwa luhur, Anda pasti bisa menilai, kepada siapa Anda menjatuhkan pilihan.
Islam mengajarkan agar Anda waspada dalam menjalin persahabatan dengan orang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
(الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ)
“Setiap orang biasanya mengikuti agama sahabat karibnya. Karena itu hendaknya engkau memperhatikan siapa yang hendak engkau jadikan sahabat karib.” (Riwayat Abu Dawud, At Tirmizy dan lainnya)
Hadirin jamaah shalat Jum’at yang mulia!
Persahabatan yang diinginkan dalam Islam bukan hanya persahabatan sesaat dan atas dasar manfaat sesaat pula. Persahabatan yang diinginkan dalam Islam ialah persahabatan yang kekal abadi, bukan hanya di dunia, akan tetapi kekal. Tiada terputus oleh sesuatu, sampai ajal menjemput dan memisahkan.
(هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ66 الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ 67)[الزخرف: 66-67]
“Adakah yang mereka nantikan selain hari Kiamat, yang datang dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadarinya. Para sahabat kala itu sebagian mereka menjadi musuh bagi sebagian lainnya, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf: 66-67)
Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, “Maksudnya, setiap persahabatan yang berasaskan kepentingan selain mencari keridhaan Allah, niscaya pada hari kiamat akan berbalik menjadi permusuhan. Berbeda dengan persabatan yang dilandasi atas kesamaan mencari ridha Allah ‘Azza wa Jalla. Persahabatan ini kekal abadi bersama kekelan Ilahi.” (Tafsir Ibnu Katsir 4/162) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan,
لاَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا وَلاَ يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِىٌّ(رواه أبوداود والترمذي)
“Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan orang yang beriman dan jangan pula ada yang memakan hidanganmu melainkan orang yang bertakwa.” (Riwayat Abu Dawud dan At Tirmizi)
Al-Munawi menyatakan, “Duduk sambil menyantap hidangan membangkitkan kedekatan, dan menjadi awal dari pergaulan. Bahkan hal itu merupakan tali perekat terkuat bagi setiap pergaulan. Padahal tidak diragukan bahwa berinteraksi dengan orang yang tidak bertakwa dapat mengikis keimanan, dan menjerumuskan Anda ke dalam limbah kebingungan dan perbuatan haram. Interaksi dengan mereka sarat dengan berbagai kerugian, bisa berupa hanyut dalam ulah, atau toleransi dengan kemungkaran mereka. Andaipun ia selamat dari itu semua, sangat dimungkinkan orang lain akan terperdaya oleh persahabatnnya itu.” (Faidhul Qadir, 6/404)
Hadirin jamaah shalat Jum’at yang mulia!
Persahabatan yang dibangun atas asas keikhlasan dan jauh dari asas manfaat, pastilah indah dan langgeng, walau berbagai bagai dan cobaan menerpa.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رَوْاهُ مُسَلَّمَ)
“Persahabatan orang-orang yang beriman, kasih, sayang dan solidaritas di antara mereka bak satu tubuh, bila ada satu anggota tubuh yang menderita sakit, niscaya seluruh tubuh turut merasakan susah tidur dan demam.” (HR. Muslim)
Keharmonisan yang mendatangkan kedamaian dan kebagiaan hidup di dunia dan akhirat.
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ(مُتَّفِقُ عَلَيه)
“Tiga hal yang bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia dapat merasakan betapa manisnya iman, Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding yang lain. Ia mencintai orang lain, bukan lain kecuali karena mencari kridhaan Allah. dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran, bak kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Persahabatan yang tulus tidak dicampuri oleh faktor lain, baik nasab, ras, bahasa atau lainnya. Hanya ada satu pemersatu, yaitu iman dan takwa. Semakin besar iman dan ketakwaan seseorang, semakin erat tali perajut persahabatan Anda dengannya.
(إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ )[المائدة: 55]
“Sesungguhnya pembelamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat.” (Al-Maidah: 55)
Hadirin jamaah shalat Jum’at yang mulia!
Tepat dalam memilih sahabat, pasti beruntung. Sebaliknya, salah menjatuhkan pilihan, pasti buntung. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan fakta ini dengan bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً (مُتَّفِقُ عَلَيه (
“Gambaran sahabat baik dan sahabat buruk bak pedagang minyak wangi dan pandai besi. Dari pedagang minyak wangi, engkau pasti mendapatkan satu dari dua hal, engkau membeli atau paling kurang mencium semerbak harumnya. Sedangkan pandai besi, maka engkau pasti merasakan satu dari dua hal: bajumu terbakar karenanya atau paling kurang engkau mencium bau asapnya.” (Muttafaqun Alaih)
Sahabat buruk benar-benar berbuntut panjang, bukan hanya menyusahkan Anda di dunia, tapi hingga di akhirat andapun masih harus menelan pil penyesalan.
(وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا27 يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا28 لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا29) [الفرقان: 27-29]
“Dan pada hari orang yang berbuat kelaliman menggigit kedua tangannya (menyesal) sambil berkata: duhai dahulu aku bersahabat dengan Rasulullah (utusan Allah) Duhai dahulu aku tidak menjadikan si fulan sebagai teman karib. Sungguh ia telah menyesatkan aku setelah datang peringatan kepadaku. dan sungguh syetan itu telah banyak menyesatkan umat manusia dari kebenaran.” (Al-Furqan: 27-29)
Saudaraku, bagaimana batin Anda tatkala menyadari bahwa berbagai kerugian dan kesengsaraan yang diderita ternyata datangnya dari sahabat Anda? Berbagai kegagalan demi kegagalan ternyata biangnya adalah sahabat Anda, yang selama ini Anda cintai dan hormati?
باَرَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى القُرآنِ الكَرِيْم، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا ِفيْهِ مِنْ الآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْم، أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ، وَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْم لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
الحَمْدُ للهِ الَّذِي شَرَعَ عُقُوْبَةَ العُصَاة رِدْعًا لِلْمُفْسِدِيْنَ وَصَلاَحًا لِلْخَلْقِ أجْمَعِيْن وَكَفَّارَةً لِلطَّاغِيْن المُعْتَدِيْن، وَأشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ المُلْكُ الحَقُّ المُبِيْن، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أفْضَلُ النَّبِيِّيْنَ وَقاَئِدُ المُصْلِحِيْنَ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا . أَمَا بَعْدَ:
Hadirin jamaah shalat Jum’at yang mulia!
Perhatian dan kedudukan sahabat baik dalam syariat Islam begitu tinggi, maka wajar bila Anda bertanya, sebesar apakah keberuntungan saya bila memiliki sahabat baik?
Dari mencermati teks-teks di atas, Anda bisa menarik beberapa keuntungan bersahabat dengan orang baik:
Mendapat Naungan Allah di Hari Kiamat
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,
)إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلاَلِى الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِى ظِلِّى يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّى) (رَوْاهُ مُسَلَّمَ)
“Sesungguhnya Allah, kelak pada hari kiamat berfirman, Dimanakah orang-orang yang saling mencintai berdasarkan keagungan-Ku. Pada hari ini Aku menaungi mereka di bawah naungan-Ku, pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku.” (HR. Muslim)
Betapa beruntungnya Anda bila berhasil menemukan sahabat baik semacan ini! Persahabatan yang dilandasi oleh iman dan ketakwaan kepada Allah. di dunia menguntungkan dan di akhirat menghantarkan Anda kepada naungan Allah di alam mahsyar dan ke pintu surga.
Kejayaan di Dunia Menjadi Milik Anda.
Mungkin Anda telah mencoba berbagai teori dan kiat untuk sukses, akan tetapi Anda belum beruntung? Tapi pernahkah Anda mencoba kiat sukses yang satu ini? Simaklah janji Allah Ta’ala kepada hamba-Nya berikut ini,
(وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ )[المائدة: 56]
“Barangsiapa yang cinta dan loyal kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, maka sesungguhnya kelompok Allah-lah yang berjaya.” (Al-Maidah 56)
Mengalir Beraneka Keuntungan
Sahabat baik senantiasa menguntungkan, sehingga digambarkan bak penjual minyak wangi yang selalu menyenangkan Anda, dengan hadiahnya, atau paling kurang mencium aroma harumnya. Jiwa patriotik Anda dalam mengarungi perjuangan hidup bangkit dan berkobar. Sentuhan petuah dan nasihatnya menyelamatkan Anda dari kesalahan dan kesesatan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
(انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا) فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا، أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ؟ قَالَ: (تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ، فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ) مُتَّفِقُ عَلَيه
“Tolonglah saudaramu, ketika ia berbuat lalim atau ketika didzalimi. Salah seorang sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, wajar bila aku menolongnya ketika sedang didzalimi, akan tetapi ketika ia sedang berbuat kelaliman, bagaimana mungkin aku menolongnya? Rasulullah menjawab, “Engkau menghalanginya atau mencegahnya dari perbuatan lalim, karena dengan itu sejatinya engkau telah menolongnya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Doa baiknya Senantiasa Menyertai Anda.
Sepanjang apapun umur Anda, suatu saat ajal pasti menjemput. Amalan kebajikan terputus, dan Anda harus menanggung balasan atas amalan, di alam kubur hingga hari kiamat. Betapa bahagianya diri Anda bila ternyata sahabat Anda senantiasa mengalirkan pahala dan memanjatkan doa-doa kebaikan untuk Anda. Raga Anda telah terpisah dengannya, namun kasih sayang hatinya terus memancarkan sinarnya. Dari hatinya yang tulus mengalir doa, memintakan ketetapan dan ampunan untuk Anda. Lisan mereka senantiasa mengucapkan,
(رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ)
“Duhai Tuhan kami! Ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan keimanan, dan jangan Engkau biarkan di hati kami terpendam kedengkian kepada orang-orang beriman. Wahai Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
Adapun sahabat yang buruk, hanya kesialan belaka yang menimpa kita, sial di dunia dan tersiksa di akhirat. Pada saat paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam Abu Thalib, sedang menghadapi sakaratul maut, di sisinya duduk Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah, dua tokoh kafir Quraisy. Menyaksikan pamannya yang sesaat lagi menemui ajalnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berusaha memanfaat kesempatan terakhir. Beliau berkata kepada pamannya,
( أَىْ عَمِّ قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ)
“Duhai pamanku, ucapkanlah la ilaha illallah, satu ucapan yang dengannya aku dapat memberi pembelaan untukmu di hadapan Allah.” Serasa tidak mau ketinggalan, kedua tokoh kafir Quraisy di atas balik mengobarkan fanatik golongan pada diri Abu Thalib. Mereka berkata kepadanya:,“wahai Abu Thalib, apakah engkau telah membenci agama Abdul Mutthalib, ayahmu sendiri?” Mereka berdua terus mengobarkan jiwa fanatik pada Abu Thalib, hingga akhirnya ia meregang nyawa dalam kekafiran. (HR. Bukhari)
Jamaah shalat Jum’at yang mulia.
Ketahuilah bahwa masing-masing Anda di dunia mengemban tugas suci dari Allah sebagai pemimpin.
(كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ)
“Seluruh kalian adalah pemimpin, dan pasti dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya. Penguasa rakyat adalah pemimpin dan pasti dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya. Seorang ayah adalah pemimpin atas angota keluarganya, dan ia pasti dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya. dan seorang istri adalah pemimpin di rumah suami dan anak-anaknya, dan ia pasti dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Sudahkah Anda menjalankan kepemimpinan ini dengan baik? Tahukah Anda tentang apa yang dilakukan oleh istri, putra dan putri Anda? Sudahkah Anda mengetauhi, kemana mereka pergi, untuk apa dan dengan siapa? Akankah Anda menanti petaka yang menimpa buah hati Anda, untuk mulai memberikan pengarahan kepada mereka? Bila demikian sikap Anda, maka hanya air liur penyesalan yang Anda rasakan esok hari.
(مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ) [فصلت: 46] “Barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, maka pahalanya hanya untuknya sendiri. dan sebaliknya, orang yang berbuat kejahatan, maka dosanya menjadi tanggungan dirinya sendiri. dan tidaklah Allah menzhalimi hamba-Nya.” (Fusshilat 46)
(إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا )[الأحزاب: 56]
اللَّهُمَّ صَلِّ وسلم وَبَارك عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمدٍ النَّبِي الصَّاِدقِ الأمِيْن، وَعَلىَ آلِ بَيْتِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِريْنَ، وَخُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْن . وَسَائِر الصَّحَابَةِ أجْمَعِيْن، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِفَضْلِكَ وَرَحْمَتِكَ يَا أرْحَمَ الرَّاحِمِيْن.
اللهُمَّ أعِز الإسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأذِل الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَاحْمِي حوْزَةَ الدِّيْن وَاجْعَلْ بَلدناَ هَذَا أمِناً مُطْمَئِنًا يأمر فِيْهِ بِالْمَعْرُوف، وَينهَى فِيْهِ عَنْ الْمُنْكَر.
اللَّهُمَّ أبرم لِهَذِهِ الأمَّة أمْرَ رُشْدٍ يُعِزُّ فِيْهِ أهْل طَاعَتِكَ وَيذِل فِيْهِ أهْل مَعْصِيَّتِك ويأمر فِيْهِ بِالْمَعْرُوف، وَينهَى فِيْهِ عَنْ الْمُنْكَر. اللَّهُمَّ أصْلِحْ أحْوَالَ المسْلِمِين. اللهُمَّ أصْلِح وُلاَتَهُمْ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ عُلَمَائِهِم، اللَّهُمَّ أصْلِحْ شَبَابِهِم، اللَّهُمَّ أصْلِحْ نِسَائِهِم، اللَّهُمَّ أصْلِحْ ذَرَارِيْهِم . اللَّهُمَّ تولهم فِي كُلِّ أمُوْرِهِم . رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ